SEJARAH YSI CABANG D.I. YOGYAKARTA

Pada tahun 1978, Ibu Ciptaningsih Utaryo, atau biasa di panggil bu Utaryo, bersama ibu Sarwanto, ibu Haryono Danusastro (ketua Badan Kerja Sama Panti Asuhan DIY), ibu Mulyoprawito, dan ibu Gondhosuhargo mendirikan Yayasan Sayap Ibu Cabang Yogyakarta, dan dengan bantuan dari Bapak KRT Sindhudiningrat yang meminjamkan pavilion kerjanya untuk dijadikan Kantor dan Panti.

Ibu Utaryo mendedikasikan hidupnya untuk anak-anak yayasan hingga saat ini. Berbagai aktifitas beliau jalankan untuk kepentingan anak-anak. Selain pelayanan panti, juga dilaksanakan aktifitas kegiatan pelayanan luar panti yang bekerja sama dengan anggota Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) dan Organisasi Aisyiah, serta seiringan pelaksanaan kegiatan pengangkatan anak (adopsi) baik yang dilakukan oleh Warga Negara Indonesia (WNI) maupun Warga Negara Asing (WNA) dengan penetapan pengangkatan anaknya di Pengadilan Negeri Sleman. Atas petunjuk ibu A.H. Nasution, maka adopsi oleh WNA terbanyak dilakukan oleh keluarga dari Australia bekerja sama dengan ASIAC. Gregg Redde dan tuan Tony Keenan Warga Negara Australia dikirimkan oleh Organisasi di Australia, ASIAC untuk membantu YSI Cabang Yogyakarta. Khususnya dalam hal Pengangkatan Anak untuk keluarga-keluarga Australia.

Yayasan Sayap Ibu Cabang Yogyakarta mendapatkan bantuan dari masyarakat dan dapat membangun Panti Perawatan di Yogyakarta di daerah  Pringwulung, Congdongcatur, Depok Sleman, Yogyakarta diatas tanah seluas 2.500 m2..  Tempatnya berada  ditengah-tengah sawah, berbatasan dengan sungai.  Kian hari semakin banyak bayi-bayi yang diasuh di Yayasan Sayap Ibu, atas dasar kondisi tersebut perlu adanya perluasan bangunan serta penambahan fasilitas pelayanan, namun untuk melakukan pengembangan fasilitas dibutuhkan dana yang sangat besar. Pada tahun 1978 itu Unity Service Cooperation (USC) Canada, yang didirikan oleh nona DR. Lotta Hitschmanova, yang kemudian akrab dipanggil nona Lotta, menjalin hubungan kerjasama dengan Departemen Sosial Indonesia dan Dewan Nasional Indonesia untuk Kesejahteraan Indonesia (DNIKS), yang saat itu ketuanya dijabat oleh ibu A.H. Nasution.

Nona Lotta datang ke DNIKS untuk menyatakan keinginannya membantu Indonesia dalam bidang kesejahteraan anak, dan dana yang dimiliki cukup besar. Namun untuk proyek dan programnya apa saja, itu akan ditinjau dan kemudian ditentukan sendiri oleh nona Lotta. DNIKS menentukan proyek di provinsi Sumatra, Kalimantan Barat, Bali, NTT, dan NTB bagian timur. Pada saat itu bu Nas memberi perintah kepada ibu Utaryo dan ibu Maryono untuk menjadi pendamping nona Lotta selama perjalanannya keliling di Indonesia.  Selama tiga hari penuh ibu Utaryo mendampingi nona Lotta, kemudian kembali ke Yogyakarta. Sebagai bentuk terima kasih nona Lotta kepada ibu Utaryo, maka diantara panti asuhan yang dipilihnya termasuk Yayasan Sayap Ibu Yogyakarta mendapat bantuan untuk membangun ruangan yang berlokasi di Panti 1 di Keluarahan Condongcatur, Sleman, pada tahun 1981, yang kini menjadi ruang tidur bagi anak-anak bayi dan balita. Yayasan Sayap Ibu Cabang Yogyakarta mendapat pengukuhan Menteri Sosial Republik Indonesia pada tanggal 24 Mei 1989, dan kini sesuai dengan ketetapan keistimewaan Yogyakarta maka nama Yayasan Sayap Ibu Cabang Yogyakarta berganti menjadi Yayasan Sayap Ibu Cabang Daerah Istimewa Yogyakarta atau disingkat YSI Cabang DIY.

Demikianlah proses berdirinya Yayasan Sayap Ibu Yogyakarta, namun pendirian itu tidak berhenti sampai disana. Berikut  penjabaran sedikit pembangunan fisik panti di Yogyakarta, dimana hal ini mungkin ingin diketahui oleh banyak orang yang sudah melihat keseriusan Yayasan Sayap Ibu dalam hal dedikasi :

  1. Seluruh bangunan Panti 1 dibangun dengan dana dari Pemda DIY, ASIAC Australia, USC CANADA, paguyuban Hudiyono/keluarga Gondhosuhargo, PT Premisima, keluarga Badrun Zaini, Proyek Progo/ Keluarga Martodiprojo, keluarga GPH Mangkubumi, keluarga Bustanil Arifin SH, keluarga Utaryo, Sayap Ibu Stichting Nederland, Bennink Foundation Nederland, JFPR Jepang, dan ADP Manila.
  2. Sementara pembangunan dan pengembangan fisik Panti 2 didukung oleh jaringan kerja Yayasan Sayap Ibu dengan pemerintah (Departemen Sosial, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan), Sultan Hamengku Buwono X, Keluarga Vermeer Nederland, dr. W.Kartosasmito Jakarta, keluarga Wiryoatmojo Solo, sumbangan perorangan, kelompok masyarakat, Sayap Ibu Stichting Nederland, Wereld Kinderen Nederland, BK3S DIY, Jan Leemhuis, Groningen Rotary Club, Rotary Club Malioboro DIY, Bas Syoerd Syors, PKL Fakultas Fisioterapi Amsterdam, dan PT Unilever yang membangun ruangan Hydro Therapy.
  3. Panti 3 (Rumah Karya Mandiri) didirikan diatas tanah Ganjuran, Sleman seluas 3.250 meter persegi sumbangan dari tuan Jan Bennink Nederland. Awalnya tanah tersebut dimaksudkan untuk program Mix Farming. Berhubung lingkungan disekitar berubah menjadi desa hunian, dan Yayasan Sayap Ibu membutuhkan lokasi baru untuk panti ketiga, maka diputuskan pengurus untuk mengubah program pemanfaatan tanah tersebut dari Mix Farming menjadi Panti III. Panti III adalah pengembangan hunian untuk anak-anak Disabilitas Ganda Yayasan Sayap Ibu yang sudah dewasa, yang harus dipersiapkan untuk berkarya mandiri dan dipisahkan antara laki-laki dan perempuan.  Selain untuk tempat tinggal dengan system anak asuh yang masing  masing didampingi sepasang Orang Tua Asuh, panti tersebut juga dilengkapi dengan beberapa bengkel, tempat latihan kerja, kolam ikan, kebun sayur baik untuk keperluan sendiri maupun untuk penjualan umum agar mereka dapat di persiapkan untuk hidup mandiri sesuai Hak mereka sebagaiman tertulis dalam Undang-undang nomor 19 tahun 2011 tentang Pengesahan Convention On The Rights Of Persons With Disabilities (Konvensi Mengenai Hak-Hak Penyandang Disabilitas). mulai Pembangunan Panti 3 dimulai pada tanggal 30 September 2014. Batu Pertama diletakkan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono X. Pelaksanaan pembangunan dilakukan oleh tim dibawah Koordinator ibu Anggi (Anggraini Indriati Bambang). Pelaksanaan Operasional Panti 3 sebagai bagian dari YSI Cabang D.I. Yogyakarta.

Sebagaimana ditetapkan oleh pemerintah bahwa usia anak semenjak 0-18 tahun, maka keberadaan anak di dalam kandungan (0 tahun) perlu mendapatkan perlindungan seiring dengan kasus kehamilan yang tidak siap yang ditemukan di DIY, maka Yayasan Sayap Ibu Cabang D.I. Yogyakarta membentuk Wisma Ibu guna melaksanakan Perlindungan, Pendampingan Ibu-ibu hamil, hal ini sejalan dengan Visi dan Misi YSI, bahwa anak harus dilindungi sejak dalam kandungan. Tujuan Wisma Ibu adalah mempersatukan anak dengan ibu dan keluarganya.

Kantor Yayasan Sayap Ibu Pusat pindah ke Yogyakarta terhitung sejak tanggal 1 April 2004. Kepindahan Kantor Pusat YSI ke Yogyakarta antara lain disebabkan karena sosok ibu Utaryo dibutuhkan untuk memimpin Yayasan Sayap Ibu. Diceritakan oleh ibu Tjipto, Pengurus YSI Cabang Jakarta, bahwa Ibu Nas (panggilan akrab ibu A.H. Nasution) meminta ibu Utaryo supaya memegang kepemimpinan Yayasan Sayap Ibu Pusat. Karena Bu Utaryo berdomisili di Yogyakarta maka Kantor Pusat dipindahkan ke Yogyakarta. Ibu Utaryo yang pada saat itu tengah menjabat sebagai Ketua Umum YSI Cabang Yogyakarta, harus merangkap jabatan sebagai Ketua Umum YSI Pusat. Sampai akhirnya dipilih Ketua Umum Yayasan Sayap Ibu Cabang Yogyakarta yang baru.